Minggu, 19 Februari 2012

Rosa

Usiaku sudah hampir mencapai tiga puluh lima, ya... sekitar 3 tahunan lagi lah. Aku tinggal bersama mertuaku yang sudah lama ditinggal mati suaminya akibat penyakit yang dideritanya. Dari itu istriku berharap aku tinggal di rumah supaya kami tetap berkumpul sebagai keluarga tidak terpisah. Di rumah itu kami tinggal 7 orang, ironisnya hanya aku dan anak laki-lakiku yang berumur 1 tahun berjenis kelamin cowok di rumah tersebut, lainnya cewek.

Jadi... begini nih ceritanya.
Awal September lalu aku tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Hari-hari kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika aku bekerja jarang sekali aku dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan untuk stok kebutuhan bakal akan habis, aku cuek saja bahkan aku semakin terbuai dengan kemalasanku.

Swinger

Kami berdua memiliki fantasi seksual yang cukup tinggi. Suatu malam, istriku membuka pertanyaan "pa.... gimana yah rasanya kalau pas kita ML, trus ada pasangan lain juga yang bersama kita?.."
Aku agak tersentak mulanya,...dan mencoba dengan santai bertanya “ Kok...., hayo... jelasin apa imaginasi kamu ... .?”
“Iya..., mainnya tukeran ..gitu.., dengan wajah yang semakin memerah istriku menjawab lirih.., lalu lanjutnya “ Kan asyik juga kali ya melihat papa main sama wanita lain sementara suaminya main denganku”.
“Nanti kamu marah..., kan kamu dasarnya pencemburu..., nanti kalau lihat papa main dengan wanita lain, trus kamu ngambek kan repot...” kataku menjawab pernyataannya.
“Nggak lah..., malah kayaknya jadi horny deh kalau ngebayangin...,” istriku menjawab cepat dan setelah itu dengan rona wajah agak malu ia menggigit bibirnya

Sara

Sara....anak gadis yg baru gede,berumur kurang lebih 18 tahunan....berbadan kecil seperti layaknya anak yg baru lulus SMA..buah dadanyapuntdk lah terlalu menonjol....namun matanya sangat indah dan senyumannya sangatlah enak untuk di lihat....
Setelah bekerja 6 minggu di kantor saya sebagai oparator....Sara selalu memberikan senyumannya yg manis itukepada saya setiap pagi....tapi pagi ini dia berani menghampiri saya dan bertanya setengah berbisik apakah bapak sudah menikah... tentu saja saya menjawab sudah.....kamu sudah punya pacar tanya saya kembali kepada sara....sudah pak katanya di kuping saya ....seeerrrr....kuping saya merasa panas sekaligus teransang mendengar bisikannya.....tanpa sengaja saya menenpelkan pipi saya kepada pipinya sara...dan tiba tiba dia memberikan saya french kiss....yg berlangsung singkat.....namun dpt membuat penis saya berdiri....lalu di pergi ketempat kerjanya sambil tersenyum manis penuh arti....

Teman baru di kantor

Aku baru saja diterima kerja di sebuah perusahaan asing dan jabatan yang aku dapat sudah masuk jajaran managerial walaupun masih junior. Seiring berjalannya waktu aku sudah saling mengenal dengan karyawan lain yang mencuri pandanganku adalah Kinar yang meja kerjanya diseberang ruang kerjaku yang memiliki jendela yang lebar sehingga ketika aku menegadah otomatis terlihat wajah Kinar yang ayu, kulit putih berkacamata minus.
Peraturan di perusahaan ku untuk karyawan pria menggunakan seragam Senin sampai Kamis, Jum’at baju bebas sopan, untuk karyawan wanita Senin sampai Rabu menggunakan seragam, Kamis Jum’at baju bebas sopan, nah pada hari Kamis dan jum’at si Kinar selalu memakai baju model terbaru yang menampakkan kemolekan tubuhnya, pingul yang seksi dan pantat yang montok, tubuhnya yang bagus dia jaga dengan rajin olahraga katanya.
Di suatu saat ada sebuah proyek yang aku tangani dan sengaja kumasukkan Kinar ke dalam tim proyek ku, kuberikan dia tugas yang akan sering membantu tugas ku, otak mesum dikepalaku selalu menggoda untuk curi-curi pandang ke belahan dada Kinar saat kita berdua diskusi masalah proyek .
Sempat diskusi kami hampir mendekati waktu makan siang dan Kamis itu Kinar memakai baju kerja setelan blouse dan rok diatas paha, waktu makan siang sudah lewat 15 menit tak terasa oleh kami yang berdiskusi diruangan ku, kulihat sekeliling sudah sepi, langsung kutawarkan dia untuk pergi makan siang bersama.

Minggu, 05 Februari 2012

Novi

Sabtu itu sekitar jam 1, Bu Novi (39) hendak meminta izin kepada suaminya pak Parno (43) untuk pergi ke Kantor Kelurahan tempat suaminya bekerja untuk menghadiri acara dengan ibu-ibu PKK kelurahan setempat. Dengan senang hati pak Parno mengizinkan istrinya itu, namun ia berpesan agar setelah selesai acaranya agar langsung pulang ke rumah. Kemudian Bu Novi meraih tangan pak Parno dan menciumnya sebelum akhirnya meninggalkannya. Pak Parno merasa bangga melihat istrinya yang selalu aktif dalam setiap acara yang dilakukan oleh Keluarahan yang dipimpinnya itu. selain itu ia juga mampu memberikan pelayanan sebagai ibu rumah tangga, baik kepada dirinya maupun terhadap ke-empat anaknya, sehingga ia merasa percaya sepenuhnya kepada istrinya itu.

Ningsih

    Bermula dari ditinggal istri kabur karena aku ketahuan mencari daun muda, akhirnya Terjadilah Cerita ini, antara gue dengan ningsih, pembantu baruku yang lugu..

    Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Sebetulnya aku sudah menikah, bahkan rasanya istriku tahu akan hobiku mencari daun-daun muda untuk “obat awet muda”. Dan memang pekerjaanku menunjang untuk itu, baik dari segi koneksi maupun dari segi finansial. Namun semenjak istriku tahu aku memiliki banyak sekali simpanan, suatu hari ia meninggalkanku tanpa pamit. Biarlah, malah aku bisa lebih bebas menyalurkan hasrat.

    Karena pembantu yang lama keluar untuk kawin di desanya, aku terpaksa mencari penggantinya di agen. Bukan saja karena berbagai pekerjaan rumah terbengkalai, juga rasanya kehilangan “obat stress”. Salah seorang calon yang menarik perhatianku bernama Ningsih, baru berusia (hampir) 16 tahun, berwajah cukup manis, dengan lesung pipit. Matanya sedikit sayu dan bibirnya kecil seksi. Seandainya kulitnya tidak sawo matang (meskipun bersih dan mulus juga), dia sudah mirip-mirip artis sinetron. Meskipun mungil, bodinya padat, dan yang terpenting, dari sikapnya aku yakin pengalaman gadis itu tidak sepolos wajahnya. Tanpa banyak tanya, langsung dia kuterima.

Jumat, 03 Februari 2012

Vivi

Nama gw ari mw berbagi pengalaman bro & sist kisah nyata gw saat berhubungan dengan teman kerja di tahun 2008 kejadiannya bulan Mei. Teman kerja gw bernama vivi, perusahaan gw bekerja adalah perusahaan multinasional jadi banyak cabang di Indonesia, di Jakarta saja ada 10 cabang. Nah si vivi tidak satu atap dengan gw tapi beda cabang. Di perusahaan ada semacam chat system antar karyawan dan antar cabang untuk komunikasi melalui PC jadi melalui itu gw kenal dengan vivi. Awalnya Cuma bahas masalah program2 yg sedang dijalankan perusahaan tapi lama2 berlanjut ke masalah pribadi, akhir kata vivi ngajak ketemuan tapi gw jual mahal dikit dengan menghindar dan bilang ada urusan apalah itulah (trik gw nih bro jgn ditiru).

Nah saat gw sedang mw absen pulang ada telpon masuk, pas lihat layar hp wow.. ternyata dr vivi, langsung dia bilang “ri..aku ada di bawah nih nunggu kamu pulang” alamak ternyata umpan gw berhasil … saking penasarannya dia ma gw akhirnya gw temuin dia, pandangan pertama kaget gw ternyata beda banget sama di picture yg disend ke email gw,hidung mancung, face keturunan arab gitu bro (ternyata berdarah Padang), body nya sintal banget, jeans ketat seakan memamerkan bentuk pinggulnya, dengan kaos ketat lengan pendek sehingga lengan putihnya terbujur indah …

Ngeto

Cerita Ini menggambarkan sisi lain dari kehidupan si Fandi, sisi lain kehidupan co culun, katro dengan segala keberuntungannya dalam mengenal seks.

“Ceki !” teriak Alex, semua mata memandang wajahnya, “Anjrit elo molo dah !” sambil aku gerutu melirik kartu remi didepanku yang masih tak beraturan, boro-boro ceki, satu aja belum ada yang nyusun. kupandang wajahnya, kulihat senyum menyeringai diwajahnya. Heran aku padanya, kulihat beberapa kali dia selalu memenangkan pertarungan remi ini. Kulihat dijepitan kaki jempol dan telunjuknya sudah terhimpit beberapa lembar ribuan dan ada berapa cebanan dan gocengan. Kayaknya tuh anak malam ini lagi hoky.Alex, anak bungsu dari 9 bersaudara, sebaya denganku, nama aslinya adalah Soleh, tau kenapa tiba-tiba bisa berubah jadi Alex, alesannya dulu cadel, gak bisa nyebut diri sendiri. jadi kami kebawa-bawa memanggilnya dengan sebutan Alex. Dengan usia semuda ini, rambut bagian atasnya udah botak, katanya dulu pernah sakit panas, absolutist gak baek-baek, bikin rambutnya rontok, padahal menurut pengakuannya, mungkin dia sering ngintipin kakak-kakaknya yang udah pada kawin, bikin dia amative sendiri, tapi gak ada penyaluran, bikin otak panas, bikin rambut rontok.

Kakek Alex, Engkong Sule, adept perang kemerdekaan, gak mau dibilang tentara, katanya kalo tentara dulu beda sama sekarang, kalo dulu ngebunuh musuh, kalo sekarang ya gitu deh !. Nama aslinya adalah Sulaiman, dirumah Engkong Sule inilah biasanya kami nongkrong, setiap malam minggu, menghabiskan waktu dari jam 10 malam sampe subuh, rumah dengan halaman samping yang cukup luas, jauh dari lalu lalang orang lewat. Satu-satunya rumah bounce doeloe, di daerah kami. Daerah kami merupakan daerah dipinggiran jakarta, pemukiman padat, dengan banyak kapal sandar (rumah yang berhimpit2an, kami menyebutnya kapal sandar, seperti dipelabuhan sana) kadang jalan penghubung rumah-rumah tersebut hanya dibatasi oleh assemblage yang sangat kecil, boro-boro buat motor lewat, dilewatin oleh 2 orang aja, kalo gak beriringan, ya musti gantian.

Kutatap wajah disebelahnya, tepat berhadapan denganku, Bram, dengan wajah penuh keringat, yang sesekali disekanya, tampak agak kesal, sama sepertiku, kulihat beberapa lembar uang puluhan ribuannya sudah keluar dari kantong atasnya. “Bures neh gw kayakna, ni malem, setan dah”, keluar kata-kata dari mulutnya ketika matanya menatapku, mungkin merasa aku memperhatikannya, disangkanya aku kasihan padanya, padahal, wuah, gue aje apes, gak narik-narik dari tadi, senasib.

Bram, nama aslinya sih ibrahim, cuma biar keren katanya, maunya dipanggil bram, tapi kalo dirumah, keluarga memanggilnya Iim (membanggakan diri dengan mengatakan bahwa namanya adalah nama terpanjang didunia, karena dituliskannya 11M, sebelas meter!).

Pernah suatu kali teman2 sekolahnya datang hendak bertandang ke kerumahnya, mencari kesana-sini seseorang dengan nama Bram, tentu saja gak ada yang kenal, hampir putus asa mereka mencari, ingin kembali dan membatalkan kunjungan kenegaraan tersebut, kalo saja tiba-tiba si Iim tidak nongol dari warung makan, berdiri didepan pintu warung, sambil tolak pinggang cengengesan, dimulutnya sambil cungkal-cungkil gigi dengan tusuk gigi, (padahal batten yang dimakan cuman nasi munjung ama tempe satu, pake kuah ati, taro dipinggir, buat suapan terakhir, biar baunya bikin orang nyangka kalo dia baru makan enak !).

Kulirik lagi orang disebelah kiriku, Dupri, dia adalah yang batten chief diantara kami, lebih tua 5-7 tahun dari kami semua, angkatannya sudah pada menikah, sepertinya cuma dia seorang aja yang belum menikah. Sementara yang lainnya mungkin saat ini sedang mengeloni istrinya masing-masing, dia merana sendirian. Mungkin karena bete karena gak ada temen tongkrongan, akhirnya dia memutuskan untuk alih generasi, maksudnya mengalihkan generasi tongkrongan dari yang sebayanya dengan generasi dibawahnya, ya kita-kita !.

Kulihat dia tersenyum simpul, sepertinya dia mempunyai kartu yang lumayan bagus, berusaha untuk tersenyum manis, padahal boro-boro, giginya yang sepertinya balapan untuk berebut keluar, sulit untuk dimasukkan semua ke mulutnya, walhasil apabila dia berusaha untuk menyembunyikan giginya, otomatis mulutnya akan menggembul, layaknya orang yang sedang disumpal kain dimulutnya.

Pernah suatu hari, saat dia dibelikan motor oleh emaknya, itupun dengan setengah mengancam, kalo gak dibeliin motor, dia akan bunuh diri, buat ngojek katanya, padahal sapa yang peduli dia mo bunuh diri, hidup aja udah sukur, kalo dia mati juga sapa yang sedih, palingan juga cuma emaknya, itu juga karena gak ada yang nimba air, buat mandi. Akhirnya dengan setengah kepaksa, uang hasil penjualan nasi uduk ditambah dengan pinjam sana-pinjam sini, emaknya membelikan motor honda Astuti (Astrea tujuh tiga). Saat belajar motor pada iparnya, dia bertanya kenapa motornya gak mau jalan-jalan padahal udah digas, iparnya menyuruhnya memasukkan giginya, namun yang terjadi adalah dia berusaha untuk mingkem !.

Kami biasanya setiap malam minggu bermain kartu ditempat ini, kadang bisa sampai 2 atau 3 lapak, tempat teraman didaerah ini, jarang ada yang dateng kesini kalo gak penting banget, udah jalannya sempit, becek, bau lagi. Hari ini kami hanya berempat, waktu memang baru jam 10 lewat dikit. Biasanya tak absolutist lagi akan nongol yang lainnya, kalo aku sih biasanya nongol ontem (on time maksudnyah), jam 9, lagian ngapain malam minggu dirumah, malu-maluin aja, ketauan gak punya pacar.

Biasanya yang lain akan nongol antara jam 10 sampai jam 12, biasalah, buat yang punya cewek, ngapel dulu, setelah itu setor muka deh kesini, kasih laporan BAP, Berita Acara Pacaran. Udah deh mereka biasanya cerita-cerita ngapain aja pacaran tadi ma ceweknya, kadang diberi bumbu penyedap, biar yang denger cerita pada ngaceng !.

Ada juga sih, yang nongol jam segitu, padahal kita-kita pada tau dia gak punya pacar, nongol jam 11 lewat dengan baju rapi, wangi, biar dibilang baru pulang abis PDKT ma cewek, padahal, boro-boro, palingan juga abis nonton tipi !.

“Nutup Gue” pelan berkata Dupri, sambil meletakkan kartunya dan membeberkannya di tikar di atas bale-bale itu. Berkata lirih penuh arti, agar tak mengagetkan yang lainnya, aku sih sudah mengira dari mulutnya yang tersenyum tadi, pasti kartunya lagi bagus. “Kuyaaaa” teriak Alex, sambil membanting kartunya. “Gue ceki dari tadi gak nongol, nongol juga tuh kartu!” katanya. Ia melirik kearah kartuku yang kulempar juga ketengah, berseru alex melihat kartuku, “Kendi, setaaan, kartu gue ditahan-tahan” aku cengengesan menatapnya. Sukuur, lagian mo ngarep mulu, lagian emang gue tahu itu kartu yang diincernya, hehehe.

Permainan kami lanjutkan kembali, turun naik duitku, kadang ngarep, kadang ampir bures, bawa duit 20 rebu dari rumah, mudah2an bisa bertahan sampe kukuruyuk. Dikasih duit ma bokap 20 rebu pagi tadi, alesan buat beli buku, padahal batten begitu ditanyain, buku gak ada, duit lenyap. Biasalah, darimana kita dapet duit lebih kalau bukan boleh korupsi dari ortu. ya maklumlah namanya juga pelajar.

Jam 11 telah berlalu, waktu memang tak terasa bila kita asyik capital seperti ini, tak absolutist kemudian si Buluk datang, nama aslinya sih lukman, dipanggil si Buluk karena kerjaannya yang dari jaman dia SD ampe sekarang umur 24an, masih aja narik sampah warga, bukannya ngeremehin, tapi mbok ya kalo abis narik sampah bebersih diri kek, biar gak keliatan dekil and kumel. Sampe sekarang belom juga kawin, ampe tititnya bulukan, sukur-sukur gak numbuh lumut, orang gak pernah diasah. lagian sapa yang mau, cewek-cewek kalo deket dia suka geli, bau anyir katanya.

Datang petantang-petenteng, sok kaya bawa duit bejibun, tanpa permisi lagi maen nyelip aja duduk diantara, Alex dan Bram, kontan mereka minggir, bukannya karena mempersilahkan supaya dia duduk, tapi pada gak tahan ama baunya. “Set dah loe luk, loe malem minggu bukannya mandi yang wangi biar ada cewek yang mao ma elu, ini malah mingkinan baunya, kek topo dapur yang gak dicuci-cuci dari abis lebaran” berkata si Alex sambil menutup idungnya, Bram ngakak, sambil minggir bergeser, “Yarin dah loe luk, kali aje loe bikin si Alex apes ma bau loe, dari tadi die narik mulu noh, duit gw dah ampir bures“. Berkata lagi Dupri menyahutinya “Luk, loe kalo kemari pake minyak wangi kek, loe mah gw rasa mandi di tujuh sumur juga belom hilang bauloe, huakakakak”. Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka. Kupandang buluk dengan senyum, untung angin berhembus dari belakangku sehingga tak tercium bau buluk, walaupun kadang tercium bau menyengat sekilas, namun rasanya sama dengan bau sampah dari pojokan halaman sana.

Kamis, 02 Februari 2012

Demi absen

Kisahku yang satu ini terjadi sudah agak lama, tepatnya pada akhir semester 3, 2 tahun yang lalu. Waktu itu adalah saat-saat menjelang UAS. Seperti biasa, seminggu sebelum UAS nama-nama mahasiswa yang tidak diperbolehkan ikut ujian karena berbagai sebab seperti over absen, telat pembayaran, dsb tertera di papan pengumuman di depan TU fakultas. Hari itu aku dibuat shock dengan tercantumnya namaku di daftar cekal salah satu mata kuliah penting, 3 SKS pula. Aku sangat bingung disana tertulis absenku sudah empat kali, melebihi batas maksimum tiga kali, apakah aku salah menghitung, padahal di agendaku setiap absenku kucatat dengan jelas aku hanya tiga kali absen di mata kuliah itu. Akupun complain masalah ini dengan dosen yang bersangkutan yaitu Pak Qadar, seorang dosen yang cukup senior di kampusku, beliau berumur pertengahan 40-an, berkacamata dan sedikit beruban, tubuhnya pendek kalau dibanding denganku hanya sampai sedagu.